Rahardjo Mustadjab: Memecahkan misteri ‘Bintang di Timur’

7 01 2010

Sudah sejak lama para ahli astronomi Kristiani mencoba memecahkan misteri ‘Bintang di Timur’ yang diperbincangkan setiap perayaan Natal. Kini seorang professor di Universitas Notre Dame di Amerika telah menjawabnya secara ilmiyah. Fokusnya adalah: apa nama planet “Bintang di Timur” yang menuntun tiga orang cendekia pergi ke Bethlehem sekitar 2 ribu tahun yang lalu.


Sebagai seorang pakar astrofisika teori, Prof. Grant
Mathews ingin memperoleh jawaban yang spektakuler
seperti supernova layaknya. Namun dalam pencariannya
selama dua tahun, hasilnya kurang spektakuler. Dugaan
sementara yang diperolehnya, benda langit diatas
Bethlehem sekitar saat kelahiran Jesus Kristus itu
adalah rangkaian satu garis dari beberapa planet,
matahari dan bulan.

Bintang yang satu itu telah diabadikan dalam banyak
kidung Natal, cerita sandiwara dan film. Ketenaran
bintang itu mendorong para ahli astronomi, ahli
teologi dan sejarawan untuk mencari tahu nama bintang
itu sejatinya apa.

Johannes Kepler, astronoom Jerman, menjawab pada tahun
1604 bahwa pada 7 tahun Sebelum Masehi,
Mars-Jupiter-Saturnus berada pada satu garis lurus.

Kelebihan Prof Grant Mathews dari Johannes Kepler dan
cendekia lainnya adalah dia mempunyai akses ke
database milik NASA. Dengan database itu, kita bisa
tahu bintang apa saja yang terlihat terang di satu
tempat tertentu dimasa lalu.

Prof Grant Mathews mengajukan beberapa kemungkinan.
Untuk sampai kepada satu jawaban, dia mengajukan 3
pertanyaan: (1) Kapan kejadiannya?; (2) Apa ciri2nya?;
dan (3) Siapa saja saksi yang melihatnya?

Kitab Mateus mengisyaratkan bahwa Jesus lahir di
Bethlehem pada saat Herodus adalah raja.

Menurut sejarawan Romawi Flavius Josephus, raja
Herodus meninggal setelah terjadi gerhana bulan
sebelum Paskah. Prof Mathews mengatakan 'Bintang di
Timur' itu terlihat pada 6 tahun SM, 5 tahun SM, 1
tahun SM atau 1 tahun Masehi. Bintang itu paling tidak
bersinar 2 tahun sebelum 'Tiga Cendekiawan dari Timur'
yang tidak lain adalah para ulama Zoroaster berangkat
menunggang unta dari Iran.

Ciri2 yang dijadikan petunjuk adalah bintang itu
terlihat menjelang fajar dan terlihat bagaikan
"bersemayam di langit"

Prof Grant Mathews juga merujuk pada tulisan ahli
astronomi Korea dan China yang merekam bahwa pada
sekitar 4 tahun SM ada komet tanpa ekor yang tidak
bergerak.

Dengan petunjuk2 yang ada, Prof Grant Mathews sampai
pada beberapa kemungkinan, yaitu supernova atau nova
atau beberapa planet segaris.

Prof Grant Mathews mempersempit kemungkinan menjadi 2
supernova saja untuk saat itu. Tapi satu supernova itu
berada begitu rendah di horizon sehingga sukar
terlihat. Sedang supernova lainnya namanya Kes 75,
tapi ini jaraknya 60 ribu tahun cahaya dari bumi
sehingga tidak begitu terang.

Prof Grant Mathews juga menemukan nova yang
berkemungkinan menjadi bitang Natal. Namanya Nova
Aquilae V603. Tapi nova dan komet pada jaman dahulu
dipercayai sebagai pertanda bencana bukan kabar baik.

Jadi menurut Prof Grant Mathews satu2nya kemungkinan
adalah bintang Natal itu tidak lain adanya planet2
segaris.  Kemungkinannya planet2 segaris terjadi pada:


1. Tanggal 20 Februari 6 tahun SM. Pada hari itu Mars,
Jupiter dan Saturnus berada segaris pada rasi Pisces.

2. Tanggal 17 April 6 tahun SM. Pada hari itu
matahari, Jupiter, bulan dan Saturnus berada segaris
dalam rasi Aries. Sedangkan Venus dan Mars berada pada
rasi berdekatan.

3. Tanggal 17 Juni 2 tahun SM. Pada hari itu Jupiter
dan Venus segaris pada rasi Leo.

Menurut Prof Grant Mathews, kemungkinan paling besar
adalah tanggal 17 April 6 tahun SM.  Ini masuk akal,
karena 3 orang cendekia dari Timur tak lain adalah
ahli astroloigi Zoroaster. Mereka percaya bahwa Aries
pertanda datangnya seorang pemimpin kuat.

Prof Grant Mathews berencana menuliskan temuannya
dalam  Quarterly Journal terbitan The Royal
Astronomical Society. Dia juga berencana menulis buku.

Sumber: AP

Aksi

Information

Tinggalkan komentar